Sabtu, 31 Desember 2011

Sulit Melupakanmu, sayang

Bismillahirrahmanirrahim..

Betapa sulit  melupakan seseorang yang pernah mengisi hati. Kamu mungkin pernah mengalaminya, karna perasaan seperti ini banyak yang merasakannya. Bukan hal yang tabu ketika kamu membicarakannya agar kamu bisa mengolah rasa itu menjadi rasa yang tidak menimbulkan kegetiran dalam menjalankan hidup.

Rasa cinta memang fitrah, tapi keadaan lah yang merubah fitrah itu menjadi sebuah fitnah. Keinginan untuk dicintai dan mencintai menjadi tombak seseorang untuk merasakan cinta yang belum halal.

Melupakan orang yang  pernah kamu cintai memang bukan perkara mudah, bukan hanya orang yang  melaksanakan ‘pacaran’ saja yang pernah merasakan hal ini. Tapi bagi orang yang tak pernah merasakan pacaran bahkan tak pernah mengungkapkan isi hatinya pun merasakan hal ini. Ini lah bukti bahwa cinta yang fitrah bisa menjadi fitnah yang nyata bila tak diolah dengan bijak.

Sadarilah bahwa kamu sedang melangkah untuk menjadi lebih baik. Sudah seharusnya ketika si ‘dia’ tak bisa kamu miliki, dia sudah menjadi bagian masa lalu mu. Kalo memang sulit untuk melupakannya, tak perlulah tiba-tiba harus dilupakan. Tapi biarlah si dia menjadi pengingat mu bahwa masih ada cinta sejati yang menunggumu didepan, karna kamu bukan menanti masa lalu.

Si dia dengan kehidupannya dan kamu dengan kehidupanmu, ini lah yang harus kamu tekankan dalam perjalanan hidupmu. Toh ketika kamu berusaha keras melupakan si dia, dia justru sedang asyik melenggang tanpa memikirkanmu. Lantas siapa yang merugi kalo seperti ini.Rasa sakit karna ternyata dia tak memilihmu untuk menjadi pemberhentian terakhir , bukan berarti menjadikanmu lupa bahwa Allah selalu ada disampingmu.

Apalagi bagi kamu yang ingin melupakan si dia karna pernah melegalkan aktivitas pacaran. Justru Allah sangat sayang padamu, Dia bebaskan kamu dari aktivitas maksiat. Harusnya kamu bangga dan senang Allah masih perhatian padamu. Kamu dituntun untuk menjadi orang yang lebih baik lagi, dengan cinta yang diberikanNya. Dari sini lah kamu harus bersadar diri, bahwa melupakan mantan kekasih yang tak pernah halal bagimu adalah sebuah kebangkitan. Bangkit dari keterpurukan maksiat yang pernah kamu lakukan dan bangkit untuk memperjuangkan agama Allah.

Anggaplah cinta pada mantan kekasihmu yang masih kamu simpan sampai saat ini adalah bagian dari pengingatmu akan masa lalu, agar kamu tak pernah mengulanginya lagi. Sungguh merugilah bagi orang yang dituntun menjadi lebih baik, namun dia kembali mengikuti alur masa lalunya.

Sedangkan bagi yang tak pernah pacaran, tapi pernah merasakan jatuh cinta yang sangat pada si dia. Namun dia tak menambatkan hatinya padamu, dan memilih menambatkan hatinya pada orang lain. Kamu mungkin merasakan sakit yang lebih dahsyat, karna kamu tak pernah mengungkapkan rasa cintamu. Disebabkan kamu ingin menjaga hati dan izzah mu juga dia.

Masalah hati ini memang tak bisa dipecahkan secara rasional, karna sekali lagi ini masalah perasaan yang hanya kamu lah yang tahu seberapa besar dan seberapa dahsyat. Namun harus ada keberanian yang kuat untuk melupakannya, sangat disayangkan penjagaanmu terhadap izzah harus tercoreng karna cinta yang tak pernah dihalalkan. Ibarat minum obat, kamu harus berani minum obat yang pahit sekalipun agar kamu segera sembuh dari sakitmu.

Yang perlu kamu selalu ingat dan tekankan pada hatimu adalah kelak akan ada orang yang lebih berhak untuk mendapat cinta sejatimu dari pada orang yang sekarang ini tak mampu kamu lupakan. Tak mungkin juga kamu akan lebih mencintai si dia yang tak halal bagimu daripada orang yang telah halal bagimu, hal ini harus segera ditegaskan dalam hatimu. Bahwa kelak ada orang yang patut kamu cintai.

Tak kunjung habis air mata ini..
Mengingatmu  dalam derai hujan..
Mengingatmu dalam kehangatan senja
Mengingatmu dalam keheningan malam..
Ku tak mampu kehilanganmu..

Tapi pelangi kembali memancarkan warnanya..
Ketika badai cinta telah mampu ku pupuskan..
Karna ku yakin Allah lah yang akan mengganti cinta ini..

Wallahua’lam Bish Shawwab.

Situs BMB >> www.bukanmuslimahbiasa.com

^^ Silahkan di Share atau di Copas, tetap dimohon mencantumkan sumbernya :) ^^



ASKEP PJK




PENGERTIAN.
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri koroner. Unsur lemak yang disebut palque dapat terbentuk didalam arteri, menutup dan membuat aliran darah dan oksigen yang dibawanya menjadi kurang untuk disuplai ke otot jantung. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993.

ETIOLOGI
Pria dan wanita dapat terkena penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner dapat diturunkan secara turun temurun (keturunan). Mungkin juga merupakan perkembangan seperti pada usia lanjut dan pembentukan paque didalam arteri yang berlangsung lama. Anda bisa terkena penyakit jantung koroner jika anda mepunyai berat badan yang berlebihan (overweight) atau seseorang dengan tekanan darah tinggi dan diabetes. Kolesterol tinggi bisa juga menjadi penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner bersumber dari aneka pilihan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kebiasaan makan dengan tinggi lemak dan kurangnya olah raga.
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan faktor penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah: # Diet kaya lemak # Merokok # Malas berolah raga.

Kolesterol dan Penyakit Arteri Koroner
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner meningkat pada peningkatan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah. Jika terjadi peningkatan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik), maka resiko terjadinya penyakit arteri koroner akan menurun.
Makanan mempengaruhi kadar kolesterol total dan karena itu makanan juga mempengaruhi resiko terjadinya penyakit arteri koroner. Merubah pola makan (dan bila perlu mengkonsumsi obat dari dokter) bisa menurunkan kadar kolesterol. Menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL bisa memperlambat atau mencegah berkembangnya penyakit arteri koroner.
Menurunkan kadar LDL sangat besar keuntungannya bagi seseorang yang memiliki faktor resiko berikut: # Merokok sigaret # Tekanan darah tinggi # Kegemukan # Malas berolah raga # Kadar trigliserida tinggi # Keturunan # Steroid pria (androgen).

GEJALA
? Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau terbakar; dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau rahang)
? Sesak napas
? Berdebar-debar
? Denyut jantung lebih cepat
? Pusing
? Mual
? Kelemahan yang luar biasa

RESIKO DAN INSIDENSI
Penyakit arteri koronaria merupakan masalah kesehatan yang paling lazim dan merupakan penyebab utama kematian di USA.Walaupun data epidemiologi menunjukan perubahan resiko dan angka kematian penyakit ini tetap merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk mengadakan upaya pencegahan dan penanganan. Penyakit jantung iskemik banyak di alami oleh individu berusia yang berusia 40-70 tahun dengan angka kematian 20 %. (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:
1. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan & Stamler, 1991).
2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori, lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik, penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan & Stamler, 1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada faktor resiko utama yang tak diketahui bernar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral, kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan & Stamler, 1991).

PENCEGAHAN
Resiko terjadinya penyakit arteri koroner bisa dikurangi dengan melakukan beberapa tindakan berikut: # Berhenti merokok # Menurunkan tekanan darah # Mengurangi berat badan # Melakukan olah raga.

PATOFISIOLOGI
Penyakit jantung koroner dan micardiail infark merupakan respons iskemik dari miokardium yang di sebabkan oleh penyempitan arteri koronaria secara permanen atau tidak permanen. Oksigen di perlukan oleh sel-sel miokardial, untuk metabolisme aerob di mana Adenosine Triphospate di bebaskan untuk energi jantung pada saat istirahat membutuhakn 70 % oksigen. Banyaknya oksigen yang di perlukan untuk kerja jantung di sebut sebagai Myocardial Oxygen Cunsumption (MVO2), yang dinyatakan oleh percepatan jantung, kontraksi miocardial dan tekanan pada dinding jantung.
Jantung yang normal dapat dengan mudah menyesuaikan terhadap peningkatan tuntutan tekanan oksigen dangan menambah percepatan dan kontraksi untuk menekan volume darah ke sekat-sekat jantung. Pada jantung yang mengalami obstruksi aliran darah miocardial, suplai darah tidak dapat mencukupi terhadap tuntutan yang terjadi. Keadaan adanya obstruksi letal maupun sebagian dapat menyebabkan anoksia dan suatu kondisi menyerupai glikolisis aerobic berupaya memenuhi kebutuhan oksigen.
Penimbunan asam laktat merupakan akibat dari glikolisis aerobik yang dapat sebagai predisposisi terjadinya disritmia dan kegagalan jantung. Hipokromia dan asidosis laktat mengganggu fungsi ventrikel. Kekuatan kontraksi menurun, gerakan dinding segmen iskemik menjadi hipokinetik.
Kegagalan ventrikel kiri menyebabkan penurunan stroke volume, pengurangan cardiac out put, peningkatan ventrikel kiri pada saat tekanan akhir diastole dan tekanan desakan pada arteri pulmonalis serta tanda-tanda kegagalan jantung.
Kelanjutan dan iskemia tergantung pada obstruksi pada arteri koronaria (permanen atau semntara), lokasi serta ukurannya. Tiga menifestasi dari iskemi miocardial adalah angina pectoris, penyempitan arteri koronarius sementara, preinfarksi angina, dan miocardial infark atau obstruksi permanen pada arteri koronari (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).

D. Mekanisme hipertensi meningkatkan resiko
Bila kebanyakan pembacaan tekanan diastole tetap pada atau di atas 90 mmHg setelah 6-12 bulan tanpa terapi obat, maka orang itu di anggap hipertensi dan resiko tambahan bagi penyakit jantung koroner.
Secara sederhana di katakan peningkatan tekanan darh mempercepat arterosklerosis dan arteriosklerosis sehinggan ruptur dan oklusi vaskuler terjadi sekitar 20 tahu lebih cepat daripada orang dengan normotensi. Sebagian mekanisme terlibat dalam proses peningkatan tekanan darah yang mengkibatkan perubahan struktur di dalam pembuluh darah, tetapi tekaan dalam beberpa cara terlibat langusng. Akibatnya, lebih tinggi tekanan darah, lebih besar jumlah kerusakan vaskular.
Komplikasi utama dari penyakit arteri koroner
angina dan serangan jantung (infark miokardial).

STUDI DIAGNOSTIK
ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.
Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
Whole blood cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
Analisa gas darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata akut.
Kolesterol atau trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
Chest X ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.
Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
Exercise stress test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.

PENANGGULANGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)
1. Obat-obatan
2. Balon dan pemasangan stent
3. Operasi By-pass
4. EECP (Enhanced External Counter-Pulsation)

E. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER

1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
b. Sirkulasi
Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes melitus.
Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia.
Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya.
Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi.
Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia).
Irama jnatung mungkin ireguler atau juga normal.
Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung.
Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
c. Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
d. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan.
e. Hygiene perseorangan
Dispnea atau nyeri dada atau dada berdebar-debar pada saat melakukan aktivitas.
f. Neoru sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
g. Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan nitrogliserin.
Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah.
Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
h. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
i. Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
j. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA TINDAKAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan jantung atau sumbatan pada arteri koronaria.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penuruna tekanan dan cara berelaksasi.
Rencana:
1. Monitor dan kaji karakteristik dan lokasi nyeri.
2. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, kesadaran).
3. Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
4. Ciptakan suasana lingkungan yangtenang dan nyaman.
5. Ajarkan dan anjurkan pada pasien untuk melakukan tehnik relaksasi.
6. Kolaborasi dalam : Pemberian oksigen dan Obat-obatan (beta blocker, anti angina, analgesic)
7. Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan narkosa.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotik dan iskemi pada miokard.
Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan klien menunnjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.
Rencana:
1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas.
2. Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.
3. Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.
4. Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.
5. Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisiki bahwa aktivitas melebihi batas.

c. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi jantung, menurunya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
Tujuan: tidak terjadi penurunan cardiac output selama di lakukan tindakan keperawatan.
Rencana:
1. Lakukan pengukuran tekanan darah (bandingkan kedua lengan pada posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan).
2. Kaji kualitas nadi.
3. Catat perkembangan dari adanya S3 dan S4.
4. Auskultasi suara nafas.
5. Dampingi pasien pada saat melakukan aktivitas.
6. Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
7. Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti disritmia.

d. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan tekanan darah, hipovolemia.
Tujuan: selama dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penurunan perfusi jaringan.
Rencana:
1. Kaji adanya perubahan kesadaran.
2. Inspeksi adanya pucat, cyanosis, kulit yang dingin dan penurunan kualitas nadi perifer.
3. Kaji adanya tanda Homans (pain in calf on dorsoflextion), erythema, edema.
4. Kaji respirasi (irama, kedalam dan usaha pernafasan).
5. Kaji fungsi gastrointestinal (bising usus, abdominal distensi, constipasi).
6. Monitor intake dan out put.
7. Kolaborasi dalam: Pemeriksaan ABG, BUN, Serum ceratinin dan elektrolit.

e. Resiko terjadinya ketidakseimbangan cairan excess berhubungan dengan penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan plasma protein.
Tujuan: tidak terjadi kelebihan cairan di dalam tubuh klien selama dalam perawatan.
Rencana:
1. Auskultasi suar nafas (kaji adanya crackless).
2. Kaji adanya jugular vein distension, peningkatan terjadinya edema.
3. Ukur intake dan output (balance cairan).
4. Kaji berat badan setiap hari.
5. Anjurkan pada pasien untuk mengkonsumsi total cairan maksimal 2000 cc/24 jam.
6. Sajikan makan dengan diet rendah garam.
7. Kolaborasi dalam pemberian deuritika.





Pas dii.bandung







ASKEP Hypopituitarisme

A.     PENGERTIAN
·        Hipopituitarisme adalah hilangnya sebagian atau seluruh fungsi lobus anterior kelenjar hipofisa.
·        Hypopituitarisme merupakan kelainan fungsi kelenjar hipofisis yang mencakup gangguan akibat kekurangan hormone growth hormon

B.     ETIOLOGI
1.      Penyebab yang secara primer mempengaruhi kelenjar hipofisa (hipopituitarisme primer):
·         Tumor hipofisa
·         Berkurangnya aliran darah ke hipofisa (akibat perdarahan hebat, bekuan darah, anemia)
·         Infeksi dan peradangan
·         Sarkoidosis atau amiloidosis
·         Penyinaran
·         Pengangkatan kelenjar hipofisa melalui pembedahan
·        Penyakit autoimun.

2.      Penyebab yang secara primer mempengaruhi hipotalamus (hipopituitarisme sekunder) :
·        Tumor hipotalamus
·        Peradangan
·        Cedera kepala
·        Kerusakan pada hipofisa, pembuluh darah maupun sarafnya akibat pembedahan.

C.     MANIFESTASI KLINIS
Hipopituitarisme mempengaruhi fungsi kelenjar endokrin yang dirangsang oleh hormon-hormon hipofisa anterior, karena itu gejala bervariasi tergantung kepada jenis hormon apa yang kurang.
Gejala-gejalanya biasanya timbul secara bertahap dan tidak disadari selama beberapa waktu, tetapi kadang terjadi secara mendadak dan dramatis.
Bisa terjadi kekurangan satu, beberapa atau semua hormon hipofisa anterior. Kekurangan gonadotropin (LH dan FSH) pada wanita pre-menopause bisa menyebabkan:
·        terhentinya siklus menstruasi (amenore)
·         kemandulan
·        vagina yang kering
·         hilangnya beberapa ciri seksual wanita.

Pada pria, kekurangan gonadotropin menyebabkan:

·        impotensi
·        pengkisutan buah zakar
·        berkurangnya produksi sperma sehingga terjadi kemandulan
·        hilangnya beberapa ciri seksual pria (misalnya pertumbuhan badan dan rambut wajah).

Kekurangan gonadotropin juga terjadi pada sindroma Kallmann, yang juga menderita:

·        celah bibir atau celah langit-langit mulut
·        buta warna
·        tidak mampu membaui sesuatu.

Kekurangan hormon pertumbuhan pada dewasa biasanya menyebabkan sedikit gejala atau tidak menyebabkan gejala; tetapi pada anak-anak bisa menyebabkan lambatnya pertumbuhan, kadang-kadang menjadi cebol (dwarfisme).

Kekurangan TSH menyebabkan hipotiroidisme, yang menimbulkan gejala berupa:

·        kebingungan
·        tidak tahan terhadap cuaca dingin
·        penambahan berat badan
·        sembelit
·        kulit kering.

Kekurangan kortikotropin saja jarang terjadi; bisa menyebabkan kurang aktifnya kelenjar adrenal, yang akan menimbulkan gejala berupa:
·        lelah
·        tekanan darah rendah
·        kadar gula darah rendah
·        rendahnya toleransi terhadap stres (misalnya trauma utama, pembedahan atau infeksi).

Kekurangan prolaktin yang terisolasi merupakan keadaan yang jarang terjadi, tetapi bisa menjelaskan mengapa beberapa wanita tidak dapat menghasilkan air susu setelah melahirkan.
Sindroma Sheehan merupakan suatu komplikasi yang jarang terjadi, dimana terjadi kerusakan sebagian kelenjar hipofisa. Gejalanya berupa lelah, rontoknya rambut kemaluan dan rambut ketiak serta ketidakmampuan menghasilkan air susu.

D.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Pemeriksaan Laboratorium
Pengeluaran ketosteroid dan hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun
2.       Pemeriksaan Radiologik
a.       Foto polos kepala
b.       Polimografi berbagai arah
c.       CT Scan
d.       Angiografi serebral
3.       Pemeriksaan lapang pandang
a.       Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan
b.       Adanya tumor hipofisis yang menekan kiasma optic
4.       Pemeriksaan Diagnostik
a.       Pemeriksaan kartisol, T3, T4, serta estrogen atau testosterone
b.       Pemeriksaan ACTH, TSH dan LH
c.       Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum.
d.       Tes provokatif


E.      PENATALAKSAAN MEDIS
1.       Kausal
Bila disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan Radiasi. Bila gejala-gelaja tekakan oleh tumor progesif dilakukan terapi pembedahan atau operasi.
2.       Terapi subtitusi
a.       Hidrokortison antara 20-30 mg sehari diberikan per-os, umunya disesuaikan dengan siklus harian sekresi steroid yaitu 10-15 mg waktu pagi, 10 mg waktu malam, prednisone dan deksametason tidak diberikan karena kurang menyebabkan retensi garam dan air, bila terdapat stress (infeksi, operasi, dan lain-lain), dosis oral dinaikan atau diberikan parenteral.
b.       Puluis tiroid/tiroksin diberikan setelah terapi diberikan hidrokortison.
c.       Testosteron pada laki-laki berikan suntikan testosteron enantot atau testosteron siprionat 200 mg intra muskuler tiap 2 minggu.
d.       Estrogen diberikan pada wanita secara siklis untuk mempertahankan siklus haid. Berikan juga androgen dengan dosis setengah dosis pada laki-laki, hentikan bila ada gejala virillisasi “growth hormone” .
e.       Difesiensi hormone hos diobati sebagai berikut : penggantian GH untuk difesiensi GH pada anak-anak, tiroksin dan kortison untuk difesiensi TSH dan ACTH, penggantian androgen atau estrogen, untuk difesiensi gonadotropin sendri dapat diobati dengan penyuntikan FSH dan HCG.




















TINJAUAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antaramencakup:
a.       Riwayat penyakit masa lalu
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien,serta riwayat radiasi pada kepala.
Sejak kapan keluhan diarasakan
Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedangdefisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja.
Apakah keluhan terjadi sejak lahir.
Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat pada klien kretinisme
b.       Kaji TTV dasar untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yangakan datang.
c.       Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisik klien.Bandingkan perumbuhan anak dengan standar
d.       Keluhan utama klien:
1.       Pertumbuhan lambat.
2.        Ukuran otot dan tulang kecil.
3.       Tanda  tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambutpubis dan rambut axila, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat haid, dan lain  lain.
4.       Interfilitas
5.       Impotensi
6.       Libido menurun
7.       Nyeri senggama pada wanita
e.       Pemeriksaan fisik
1.       Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis padaklien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot dankumis).Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar.Tergantung pada penyebab hipopituitary, perlu juga dikaji data lainsebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor makaperlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi serebrum dan fungsinervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.
2.        Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan kliendalam memenuhi kebutuhan dasarnya

f.        Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti :
1.        Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika.
2.       Pemeriksaan serta serum darah : LH dan FSH GH, androgen,prolaktin, testosteron, kartisol, aldosteron, test stimulating yangmencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasinghormone.


DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.       Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
b.       Koping individu tak efektif berhubungan dengan kronisitas kondisi penyakit
c.       Harga diri rendah berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh
d.       Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan gangguan transmisi impuls sebagai akibat penekanan tumor padanervus optikus,


INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Perubahan citra t ubuh  yang  berhubungan dengan  perubahan penampilan  fisik 
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki kembalicitra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi.
Kriteria Hasil :
 Melakukan kegiatan penerimaan, penampilan misalnya: kerapian,pakaian, postur tubuh, pola makan, tanggung jawab peran
Intervensi :
1.       Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan.
R/ Agar perawat dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh klien sehubunganperubahan tubuhnya.
2.       Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi  segi positif yang dapatdikembangkan oleh klien.
R/ Agar klien mampu mengembangkan dirinya kembali.
3.       Yakinkan klien bahwa sebagioan gejala dapat berkurang dengan pengobatan(ginekomastia, galaktorea)
R/Aagar klien tetap optimis dan berfikir positif selama pengobatan

2.       Koping  Individu  tak efektif  berhubungan  dengan kronisitas kondisi penyakit 

Tujuan :
Setelah dilakuan tindakan keperawatan tingkat koping individumeningkat.
Kriteria Hasil :
Klien dapat mengungkapkan perasaan yang berhubungan dengan keadaanemosional.Klien dapat membuat keputusan dan dilanjutkan dengan tindakan yang sesuai /mengubah situasi provokatif dalam lingkungan personal.

Intervensi :
1.       Kaji status koping individu yang ada.
R/ Meningkatkan proses interaksi sosial karena klien mengalamipeningkatan komunikatif.
2.       Berikan dukungan jikaindividu berbicara.
R/ Klien meningkatkan rasa percaya diri kepada orang lain.
3.       Bantu individu untuk memcahkan masalah (problem solving).
R/ Dengan berkurangnya ketegangan, ketakutan klien akan menurun dantidak mengucil/mengisolasikan diri dari lingkungan.
4.       Instruksikan individu untuk melakukan teknis relaksasi, dalam proses teknik pembelajaran penatalaksanaan stress.
R/ Ketepatan penanganan dan proses penyembuhan.
5.       Kolaborasi dengan tenaga ahli psikologi untuk proses penyuluhan.
R/ Klien mengerti tentang penyakitnya

3.       Harga diri Rendah berhubungan dengan Perubahan Penampilan Tubuh
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan harga diri meningkat.
Kriteria hasil :
Mengungkapkan hasil perasaan dan pikiran mengenai diri.Mengidentifikasikan dua atributif positif mengenai diri.
Intervensi :
1.       Bina hubungan saling percaya perawat dan klien.
R/ Rasa percaya diri meningkat, pasien menerima kenyataan akanpenampilan tubuh.
2.       Tingkatkan interaksi sosial.
R/ Pasien akan merasa berarti, dihargai, dihormati, serta diterima oleh lingkungan.
3.       Diskusikan harapan /keinginan / perasaan.
R/ Dengan cara pertukaran pengalaman perasaan akan lebih mampu dalammencegah faktor penyebab terjadinya harga diri rendah.
4.       Rujuk ke pelayanan  pendukung.
R/ Memberikan tempat untuk pertukaran masalah dan pengalaman yangs ama