Sabtu, 28 Desember 2013

ASUHAN KEPERAWATAN HYPERPITUITARISME


I.         KONSEP DASAR PENYAKIT
A.       Definisi
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau lebih. Hormon – hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kelenjar Hipofise, Hotma Rumahardo, 2000 : 36).
Hiperpituitary adalah suatu keadaan dimana terjadi sekresi yang berlebihan satu atau lebih hormon-hormon yang disekresikan oleh kelenjar pituitary (hipofise) biasanya berupa hormon-hormon hipofise anterior. (http://www.askep.hiperpituitaryi.com/2008).
Sekresi yang berlebihan satu atau beberapa hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary, disebabkan oleh hormon sekresi yang meningkat sebagai akibat dari adanya benigna adenoma
Sindrom hiperpituitari: cusshing’s syndrome, acromegali, amenorrhea, galactorrhea, hipertiroidism
e, hipergonadisme pada laki-laki.

B.       Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus, penyebab mencakup : 

1.    Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormon, biasanya sel penghasil GH, ACTH atau prolakter.  
2.    Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila sekresi HT dan kelenjar tiroid menurun atau tidak ada.
(Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P. 2000. Jakarta : EGC)
C.       Manifestasi klinis
1.    Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki, jari – jari tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
2.    Impotensi
3.    Visus berkurang
4.    Nyeri kepala
5.    Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
6.    Libido seksual menurun
7.    Kelemahan otot, kelelahan dan letargi
8.    Tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan dan tidur bisa terganggu, serta tampak keseimbangan emosi
9.    Gangguan penglihatan sampai kebutaan total
(Hotman Rumahardo, 2000 : 39). 
D.       Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada klien dimana salah satu sel – sel hipofisis yang mengalami hiperfungsi kelenjar biasanya mengalami perbesaran, disebut adenoma makrokospik (diameter > 10 mm) atau adenoma mikrokospik (diameter < 10 mm) yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitarisme. Penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor. Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH, ACTH dan prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-, LH- atau FSH- sangat jarang terjadi. Jenis-jenis tumor yang mungkin terjadi :
a.    Prolaktinoma (adenoma laktotropin ) biasanya adalah tumor kecil, jinak yang terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin.
b.    Adenoma somatotropik sterdiri dari sel-sel yang mensekresi hormon pertumbuhan.
c.    Adenoma kortikotropik terdiri dari sel-sel pensekresi ACTH
Syndrom Hyperpituitari :
1.      SIADH (Syndrome of inappropriate Antidiuretic Hormone), merupakan kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik.
2.      Galaktore, yaitu pembentukan air susu pada pria atau wanita yang tidak sedang dalam masa menyusui.
3.      Gigantisme, yaitu pertumbuhan abnormal dari seluruh tubuh karena kelenjar hypophysis memproduksi hormon berlebihan.
4.      Akromegali, merupakan pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebihan dan terjadi pada usia 30-50 tahun.
E.       Pemeriksaan Penunjang
1.    Kadar prolaktin serum ; ACTH, GH
2.    CT – Scan / MRI
3.    Pengukuran lapang pandang
4.    Pemeriksaan hormon
5.    Angiografi
6.    Tes toleransi glukosa
7.    Tes supresi dengan dexamethason
(Hotman Rumahardo, 2000 : 39)

F.       Penatalaksanaan
1.    Hipofisektomi melalui nasal atau jalur transkranial (pembedahan)
2.    Kolaborasi pemberian obat – obatan seperti bromokriptin (parlodel)
3.    Observasi efek samping pemberian bromokriptin
4.    Kolaborasi pemberian terapi radiasi
5.    Awal efek samping terapi radiasi.
(Nelson, 2000 : 227)S
 
I.         PROSES KEPERAWATAN
A.       PENGKAJIAN  
1.    Demografi
Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
2.    Riwayat kesehatan
a.    Keluhan utama
§  Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ – organ tubuh.
§  Perubahan tingkat energi, kelelahan, letargi.
§  Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
§  Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensi.
§  Nyeri kepala (kaji P, Q, R, S, T)
§  Gangguan penglihatan.
§  Perubahan siklus menstrulasi, libido menurun, impotensi.
§  Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
§  Kesulitan dalam hubungan seksual.
§  Perubahan siklus menstruasi ( pada klien wanita ) mencakup keteraturan, kesulitan hamil
b.    Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan hormone hipofise mulai dirasakan baik dari peningkatan prolaktin, GH dan ACTH.
c.    Riwayat penyakit keluarga.
Adakah riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
3.    Pemeriksaan fisik
a.       Amati bentuk wajah, khas apabila ada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar, kepala, tangan / lengan dan kaki juga bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
b.      Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan baik.
c.       Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai penurunan visus.
d.      Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak. Pada pemeriksaan ditemukan mobilitas terbatas.
e.       Peningkatan perspirasi pada kulit menyebabkan kulit basah karena berkeringat.
f.       Suara membesar karena hipertropi laring.
g.      Pada palpasi abdomen, didapat hepatomegali dan splenomegali
h.      Hipertensi
i.        Disfagia akibat lidah membesar
j.        Pada perkusi dada dijumpai jantung membesar.
k.      Kelemahan
l.        Perubahan nutrisi
m.    Ketidakseimbangan  cairan dan elektrolit
n.      Perubahan karakteristik tubuh
o.      Intoleransi terhadap stress
p.      Ketidakstabilan emosional

4.    Pemeriksaan diagnostic
a.       Kadar prolaktin serum, ACTH, GH.
b.      Foto tengkorak  
c.       CT scan otak, angiografi
d.      Tes supresi dengan Dexametason, tes toleransi glukosa.
Data Subjektif
1.      Kelemahan dan pola tidur
2.      Pola makan ( fekuensi dan asupan makanan)
3.      Higiene khusus dan kebutuhan untuk bercukur
4.      Riwayat kardiovaskular
5.      Pola intake dan output cairan
6.      Rasa tidak nyaman
7.      Penggunaan obat – obatan
8.      Riwayat reproduksi
9.      Penggunaan medikasi
10.  Kelainan endokrin dan pengelolaannya

Data Objektif
1.      Tinggi dan berat badan
2.      Proporsi tubuh
3.      Jumlah dan distribusi masa obat
4.      Distribusi lemak
5.      Pigmentasi kulit
6.      Distribusi rambut
A.       PENYIMPANGAN KDM
Adenoma hipofise

Hipersekresi hormon

HYPERPITUITARISME

Hiperfungsi kelenjar


 


Tekanan jaringan tumor
Pembesaran ekstremitas & organ dalam
Lempeng epifise tulang panjang blm menutup
Sekresi vasopresin kuat
·         Galaktorea
·         Haid tdk teratur, vagina kering
Nervus okulomotorius, troklearis, trigeminus

Akromegali
Seluruh jaringan tumbuh cepat
Penurunan vol. darah

Disfungsi seksual
TIK ↑
Jaringan ikat longgar tumbuh & menebal
Pertumbuhan tulang memanjang/tubuh tinggi
SIADH

Tulang kaki dan tangan tumbuh menebal
Vasodilatasi pembuluh darah
Dahi menyempit, tepi supraorbital membesar
Gigantisme
Terjadi reseptor regangan di atrium kanan
Menekan syaraf sekitar
Nyeri kepala
Lapang pandang perifer ↓
Sekresi GH ↑, pemakaian glukosa ↓
Mengirim sinyal ke otak

Kelemahan
Perubahan Citra tubuh
Ggn penglihatan
> Glukosa beredar dlm darah
Otak menghambat sekresi ADH
Intoleransi aktivitas
Perubahan persepsi sensori : Penglihatan
Hyperglikemia
ADH

perubahan status kesehatan, perubahan peran
Sel2 β langerhans sangat aktif
Sekresi volume darah Meningkat ke atrium

Ansietas

DM
Atrium dan katub jantung Membesar


Krisis situasional


Darah menumpuk pada atrium



Koping individu tidak efektif


Jantung mengalami kardiomegali




Gagal Jantung




 
A.       PRIORITAS MASALAH
1.        Nyeri kepala b/d penekanan jaringan oleh tumor.
2.        Perubahan sensori perseptual (penglihatan) b/d gangguan transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
3.        Perubahan citra tubuh b/d perubahan penampilan fisik.
4.        Disfungsi seksual b/d penurunan libido, infertilitas impotent.
5.        Koping individu inefektif b/d hilangnya kontrol terhadap tubuh
6.        Intoleransi aktifitas b/d kelemahan, letargi
1.        Ansietas b/d ancaman terhadap perubahan status kesehatan. 

A.    RENCANA KEPERAWATAN
NO.
DIAGNOSA
TUJUAN
RENCANA INTERVENSI
RASIONAL
1.               
Nyeri kepala akut b/d TIK yang meningkat karena penekanan jaringan oleh tumor, ditandai dengan :
DS
·         Ada keluhan nyeri kepala

DO
·         Ekspresi meringis
·         TTV
Nyeri berkurang/terkontrol, dengan kriteria :
·      Klien melaporkan rasa nyeri berkurang atau terkontril
·      Klien menggunakan perilaku untuk mengurangi nyeri

1.      Kaji karakteristik nyeri



2.      Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal seperti ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, perubahan frekuensi jantung/irama pernapasan.
3.      Dorong klien agar mau mengungkapkan apa yang dirasakan.
4.      Instrusikan klien agar melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri muncul.
5.      Fasilitasi ruangan dan istirahat yang nyaman dan tenang.

6.      Berikan kompres dingin pada kepala.

7.      Berikan tehnik relaksasi dan distraksi.
8.      Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan,
9.      Kolaborasi pemberian analgetik (asetaminofen, ponstan, dsb).
1.    Untuk mengetahui intensitas dari nyeri dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2.    Merupakan indikator derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami. Sakit kepala mungkin bersifat akut/kronis, jadi manifestasi fisiologis bisa muncul/tidak.
3.    Agar perawat mengetahui apa yang dirasakan klien.

4.    Meningkatkan intervensi dini dan dapat menurunkan beratnya serangan.
5.    Menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi sakit kepala.
6.    Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.
7.    Pengalihan perhatian dapat mengurangi rasa nyeri.
8.    Menghilangkan ketegangan dan meningkatkan relaksasi otot.
9.    Pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri. Analgetik sbg penanganan pertama dari sakit kepala secara umum.
2.               
Perubahan sensori perseptual (penglihatan) b/d gangguan transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus, ditandai dengan :
DS :
§  Ketajaman penglihatan menurun
§  Lapang pandang menyempit
DO :
§  Uji Visus menurun
§  Kompresi saraf optikus
Penglihatan klien kembali normal dengan kriteria :
·      Penglihatan jelas
·      Uji visus dalam batas normal
·      Mampu mengorientasikkan lingkungan sekitarnya dengan benar.
1.      Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.





2.      Observasi tanda dan gejala disorientasi.

3.      Orientasikan klien terhadap lingkungan dan orang lain di sekitarnya.

4.      Libatkan orang lain/keluarga dalam aktivitas sehari-hari.

5.      Anjurkan pasien menggunakan alat bantu penglihatan seperti kacamata.
1.      Untuk menentukan intervensi selanjutnya. Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yg berbeda.
2.      Keterbatasan penglihatan dapat menyebabkan bingung dan resiko cedera.
3.      Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi.
4.      Meminimalisir resiko cedera dalam aktivitas rutin klien.

5.      Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi serta lapang pandang dapat menyebabkan bingung/meningkatkan resiko cedera.
3.               
Perubahan citra tubuh b/d perubahan penampilan fisik, ditandai dengan :
DS :
§  Kepala, bibir hidung, tangan dan kaki semakin membesar.
§  Suara membesar
§  Malu dengan kondisi
DO :
§  Kepala, bibir, hidung, tangan dan kaki nampak besar.
§  Dagu menjorok ke depan
§  Menarik diri
§  Hipertrofi laring   
§  Pemeriksaan diagnostik kadar GH meningkat
Klien menunjukkan perilaku yang mengindikasikan citra diri positif terhadap perubahan penampilan fisik, dengan kriteria :
·      Mulai menunjukan adaptasi dan menyatakan penerimaan pada situasi diri.
·      Mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negatif.
·      Membuat rencana nyata untuk adaptasi peran baru
1.      Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan.



2.      Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi – segi positif yang dapat dikembangkan oleh klien.
3.      Kaji derajat dukungan yg ada untuk klien. 

4.      Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya dgn perubahan.


5.      Yakinkan klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang dengan pengobatan (ginekomastia, galaktorea).
6.      Rujuk ke ahli psikologik bila gangguan menetap.
1.      Agar perawat dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh klien sehubungan perubahan tubuhnya. Ekspresi emosi membantu klien mulai menerima kenyataan dan realitas hidup.
2.      Agar klien mampu mengembangkan dirinya kembali.
3.      Dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat membantu penerimaan terhadap diri.
4.      Membantu menggartikan masalah sehubungan dengan pola hidup sebelumnya dan membantu pemecahan masalah.
5.      Agar klien tetap optimis dan berfikir positif selama pengobatan.
6.      Klien dapat memerlukan bantuan lanjut untuk mengatasi masalah emosi sehubungan dengan perubahan tubuh.
4.
Disfungsi seksual b/d penurunan libido, infertilitas impotent, ditandai dengan :
DS
§  Keluhan menstruasi yang tdk teratur
§  Kesulitan dalam penetrasi, koitus

DO
§  Ketidakteraturan siklus menstruasi
§  Kekurangan hormon gonadotropin
Masalah disfungsi sexual teratasi, dengan kriteria :
§  Siklus menstruasi normal dan vagina tdk kering (pd wanita).
§  Tidak ada kesulitan dalam hubungan sexual (penetrasi, koitus)
1.      Identifikasi masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman pada klien terhadap fungsi seksualnya.
2.      Dorong klien agar mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.
3.      Kolaborasi pemberian obat – obatan bromokriptin. 





4.      Bila masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi pemberian gonadotropin.
5.      Rujuk ke ahli sexualitas dan psikologi.

1.      agar perawat dapat mengetahui masalah seksual klien dan lebih terbuka kepada perawat.

2.      Agar klien mendapat hasil mufakat bersama pasangannya. 

3.      Merupakan obat pilihan pada klien prolaktinoma. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga diberikan pada klien dangan akromegali, untuk menguragi ukuran tumor. 
4.      Gonadotropin dapat membantu memulihkan fungsi sexual.

5.      Membantu dlm mengidentifikasi cara pengobatan u/ memperbaiki dan mempertahankan fungsi sexualitasnya.
5.
Koping individu inefektif b/d hilangnya kontrol terhadap tubuh, ditandai dengan :
DS
·         Sering marah
·         Depresi
·         Gelisah/cemas
·         Sering sakit kepala
DO
·         Tidak berdaya dan nampak lemah
·         Ekspresi cemas

Koping individu kembali efektif, dengan kriteria :
·      Klien menyatakan  kesadaran dan kemampuan koping yg baik/kekuatan pribadi.
·      Klien mampu mengidentifikasi potensial stres dan mengambil langkah u/ menghindari/mengubahnya.
·      Mendemonstrasikan penggunaan metode koping yg efektif.
1.      Kaji keefektifan strategi koping dgn mengobservasi perilaku.



2.      Catat laporan gangguan tidur, peningkatan kelemahan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan u/ mengatasi masalah.
3.      Bantu klien u/ mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan strategi u/ mengatasinya.
4.      Dorong klien u/ mengevaluasi prioritas/tujuan hidup.


5.      Bantu klien u/ mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yg perlu.
1.      Mekanisme adaptif perlu u/ mengubah pola hidup seseorang dan mengintegrasikan terapi yg diharuskan ke dlm kehidupan sehari2.
2.      Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin merupakan indikator marah yg ditekan dan diketahui.


3.      Pengenalan terhadap stresor ad/ langkah pertama dlm mengubah respon seseorang terhadap stresor.
4.      Fokus perhatian klien pada realitas situasi yg ada relatif terhadap pandangan klien tentang apa yg diinginkan.
5.      Perubahan yg perlu harus diprioritaskan secara realistik u/ menghindari rasa tdk menentu dan tdk berdaya.
6.    
Intoleransi aktifitas b/d kelemahan, letargi, ditandai dengan :
DS :
§  Nyeri sendi
§  Sulit bergerak
DO :
§  Mobilitas terbatas
Masalah intoleransi aktivitas teratasi dan klien mampu melakukan ADL dengan baik, dengan kriteria :
§  Klien bergerak dengan bebas dan tidak terbatas.
§  Tidak terdapat nyeri saat bergerak/beraktivitas.
1.      Kaji toleransi klien terhadap aktivitas menggunakan parameter frekuensi janting, pernapasan, kelemahan, pusing, dsb.
2.      Kaji presipitator/penyebab intoleransi, kelemahan.





3.      Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
4.      Bantu klien dalam aktivitas sehari-hari dan mobilisasi.
5.      Rujuk ke ahli fisioterapi sesuai kebutuhan.
1.      Parameter menunjukkan respon fisiologis klien terhadap stres aktivitas.


2.      u/ mengetahui faktor pencetus/penyebab intoleransi. Kelemahan dpt disebabkan oleh penggunaan obat seperti tranquilizer dan sedatif. Nyeri dapat menyebabkan intoleransi.
3.      Dpt menunjukkan peningkatan kelebihan aktivitas.
4.      Mengurangi resiko kelelahan akibat nyeri saat bergerak.
5.      Program latihan membantu klien dpt beraktivitas tanpa disertai rasa nyeri dan kelemahan.
7.    
Ansietas b/d ancaman terhadap perubahan status, ditandai dengan :
DS
·         Merasa gelisah
·         Kesulitan beraktivitas
DO
·         Ekspresi cemas

Masalah ansietas klien teratasi dengan kriteria :
§  Klien mengungkapkan tidak ada penyebab fisik yang dapat menyebabkan cemas
1.      Observasi tingkah laku yg menunjukkan tingkat ansietas.







2.      Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yg berulang, hiperventilasi, insomnia.
3.      Bina hubungan saling percaya.
4.      Libatkan keluarga
5.      Jelaskan semua prosedur.




6.      Hargai pengetahuan pasien tentang penyakitnya
7.      Bantu pasien untuk mengefektifkan sumber support.

8.      Berikan reinforcement untuk menggunakan sumber koping yang efektif.



9.      Berikan obat antiansietas (Transquilizer, sedatif) dan pantau efeknya.
1.      Ansietas ringan dapat ditunjukkan dgn peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yg berkembang ke dlm keadaan panik dpt menimbulkan perasaan terancam, teror, ketidakmampuan u/ bicara dan bergerak, berteriak/bersumpah2.
2.      Cemas dpt meningkatkan pengeluaran penyekat beta-adrenergik.
3.      Mempermudah intervensi.
4.      Mengurangi kecemasan.
5.      Membantu pasien dalam meningkatkan pengetahuan tentang status kesehatan dan meningkatkan kontrol kecemasan.
6.      Merasa dihargai

7.      Dukungan akan memberikan keyakinan terhadap pernyataan harapan untuk sembuh/masa depan.
8.      Penggunaan strategi adaptasi secara bertahap (dari mekanisme pertahanan, koping sampai strategi penguasaan) membantu pasien cepat mengadaptasi kecemasan.
9.      Dpt digunakan bersamaan dgn pengobatan u/ menurunkan pengaruh sekresi hormon yg berlebihan.

AKPER PEMDA DONGGALA




Tidak ada komentar: