I.
KONSEP DASAR
PENYAKIT
A. Definisi
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang
terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan
peningkatkan sekresi salah satu hormone hipofise atau lebih. Hormon – hormon
hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Kelenjar Hipofise, Hotma Rumahardo, 2000 : 36).
Hiperpituitary adalah suatu keadaan dimana terjadi
sekresi yang berlebihan satu atau lebih hormon-hormon yang disekresikan oleh
kelenjar pituitary (hipofise) biasanya berupa
hormon-hormon hipofise anterior. (http://www.askep.hiperpituitaryi.com/2008).
Sekresi yang berlebihan satu atau beberapa hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjar pituitary, disebabkan oleh hormon sekresi yang meningkat
sebagai akibat dari adanya
benigna adenoma
Sindrom hiperpituitari: cusshing’s syndrome, acromegali, amenorrhea, galactorrhea, hipertiroidisme, hipergonadisme pada laki-laki.
Sindrom hiperpituitari: cusshing’s syndrome, acromegali, amenorrhea, galactorrhea, hipertiroidisme, hipergonadisme pada laki-laki.
B.
Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar
hipofisis atau hipotalamus, penyebab mencakup :
1.
Adenoma primer salah satu jenis sel
penghasil hormon, biasanya sel penghasil GH, ACTH atau prolakter.
2. Tidak ada umpan
balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila sekresi
HT dan kelenjar tiroid menurun atau tidak ada.
(Buku Saku Patofisiologis,
Elisabeth, Endah P. 2000. Jakarta : EGC)
C. Manifestasi
klinis
1. Perubahan
bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki, jari –
jari tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
2.
Impotensi
3.
Visus berkurang
4.
Nyeri kepala
5.
Perubahan siklus menstruasi (pada klien
wanita), infertilitas
6.
Libido seksual menurun
7.
Kelemahan otot, kelelahan dan letargi
8.
Tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan
dan tidur bisa terganggu, serta tampak keseimbangan emosi
9.
Gangguan penglihatan sampai kebutaan total
(Hotman
Rumahardo, 2000 : 39).
D. Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk
bergantung pada klien dimana salah satu sel – sel hipofisis yang mengalami
hiperfungsi kelenjar biasanya mengalami perbesaran, disebut adenoma makrokospik
(diameter > 10 mm) atau adenoma mikrokospik (diameter < 10 mm) yang terdiri atas 1 jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma
hipofisis merupakan penyebab utama hiperpituitarisme. Penyebab adenoma
hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir selalu menyekresi hormon sehingga
sering disebut functioning tumor. Kebanyakan
adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH, ACTH dan prolaktin.
Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-, LH- atau FSH- sangat jarang terjadi. Jenis-jenis tumor yang mungkin terjadi :
a.
Prolaktinoma (adenoma laktotropin ) biasanya adalah tumor
kecil, jinak yang terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin.
b. Adenoma somatotropik sterdiri dari sel-sel yang mensekresi
hormon pertumbuhan.
c. Adenoma kortikotropik terdiri dari
sel-sel pensekresi ACTH
Syndrom Hyperpituitari
:
1. SIADH
(Syndrome of inappropriate Antidiuretic Hormone), merupakan kumpulan gejala akibat
gangguan hormon antidiuretik.
2. Galaktore,
yaitu pembentukan
air susu pada pria atau wanita yang tidak sedang dalam masa menyusui.
3. Gigantisme,
yaitu pertumbuhan
abnormal dari seluruh tubuh karena kelenjar hypophysis memproduksi hormon
berlebihan.
4. Akromegali,
merupakan pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon
pertumbuhan yang berlebihan dan terjadi pada usia 30-50 tahun.
E.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Kadar prolaktin serum ; ACTH, GH
2.
CT – Scan / MRI
3.
Pengukuran lapang pandang
4.
Pemeriksaan hormon
5.
Angiografi
6.
Tes toleransi glukosa
7.
Tes supresi dengan dexamethason
(Hotman Rumahardo, 2000 : 39)
F. Penatalaksanaan
1.
Hipofisektomi melalui nasal atau jalur
transkranial (pembedahan)
2.
Kolaborasi pemberian obat – obatan
seperti bromokriptin (parlodel)
3. Observasi efek
samping pemberian bromokriptin
4.
Kolaborasi pemberian terapi radiasi
5. Awal efek
samping terapi radiasi.
(Nelson, 2000 : 227)S
I.
PROSES
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Demografi
Kaji usia,
jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.
2.
Riwayat kesehatan
a.
Keluhan utama
§ Perubahan ukuran dan bentuk tubuh
serta organ – organ tubuh.
§ Perubahan tingkat energi, kelelahan,
letargi.
§ Nyeri pada punggung dan perasaan
tidak nyaman.
§ Dispaneuria dan pada pria disertai
dengan impotensi.
§ Nyeri kepala (kaji P, Q, R, S, T)
§ Gangguan penglihatan.
§ Perubahan siklus menstrulasi, libido
menurun, impotensi.
§ Nyeri pada punggung dan
perasaan tidak nyaman.
§ Kesulitan dalam hubungan seksual.
§ Perubahan siklus
menstruasi ( pada klien wanita ) mencakup keteraturan, kesulitan hamil
b.
Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan manifestasi klinis dari
peningkatan hormone hipofise mulai dirasakan baik dari
peningkatan prolaktin, GH dan ACTH.
c. Riwayat penyakit keluarga.
Adakah riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
3.
Pemeriksaan fisik
a. Amati bentuk
wajah, khas apabila ada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar, kepala, tangan / lengan dan kaki juga
bertambah besar, dagu menjorok ke depan.
b.
Amati adanya kesulitan mengunyah dan
geligi yang tidak tumbuh dengan baik.
c.
Pemeriksaan ketajaman penglihatan
akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai penurunan visus.
d.
Amati perubahan pada persendian dimana
klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak. Pada pemeriksaan ditemukan mobilitas
terbatas.
e. Peningkatan
perspirasi pada kulit menyebabkan kulit basah karena berkeringat.
f.
Suara membesar karena hipertropi
laring.
g.
Pada palpasi abdomen, didapat
hepatomegali dan splenomegali
h.
Hipertensi
i.
Disfagia akibat lidah membesar
j.
Pada perkusi dada dijumpai jantung
membesar.
k.
Kelemahan
l.
Perubahan nutrisi
m.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
n.
Perubahan karakteristik tubuh
o.
Intoleransi terhadap stress
p.
Ketidakstabilan emosional
4.
Pemeriksaan diagnostic
a.
Kadar prolaktin serum, ACTH, GH.
b. Foto tengkorak
c. CT scan otak, angiografi
d. Tes supresi dengan Dexametason, tes
toleransi glukosa.
Data Subjektif
1.
Kelemahan dan pola tidur
2. Pola makan ( fekuensi dan
asupan makanan)
3. Higiene khusus dan kebutuhan
untuk bercukur
4. Riwayat kardiovaskular
5. Pola intake dan output cairan
6. Rasa tidak nyaman
7. Penggunaan obat – obatan
8. Riwayat reproduksi
9. Penggunaan medikasi
10. Kelainan endokrin dan
pengelolaannya
Data Objektif
1.
Tinggi dan berat badan
2. Proporsi tubuh
3. Jumlah dan distribusi masa
obat
4. Distribusi lemak
5. Pigmentasi kulit
6. Distribusi rambut
A. PENYIMPANGAN KDM
Adenoma hipofise
|
|||||||
Hipersekresi hormon
|
|||||||
HYPERPITUITARISME
|
|||||||
Hiperfungsi kelenjar
|
|||||||
Tekanan jaringan tumor
|
Pembesaran ekstremitas & organ dalam
|
Lempeng epifise tulang panjang blm menutup
|
Sekresi vasopresin kuat
|
·
Galaktorea
·
Haid tdk teratur, vagina kering
|
|||
Nervus okulomotorius, troklearis, trigeminus
|
Akromegali
|
Seluruh jaringan tumbuh cepat
|
Penurunan vol. darah
|
Disfungsi seksual
|
|||
TIK ↑
|
Jaringan ikat longgar tumbuh &
menebal
|
Pertumbuhan tulang memanjang/tubuh tinggi
|
SIADH
|
Tulang kaki dan tangan tumbuh menebal
|
|||
Vasodilatasi pembuluh darah
|
Dahi menyempit, tepi supraorbital membesar
|
Gigantisme
|
Terjadi reseptor regangan di atrium kanan
|
Menekan syaraf sekitar
|
|||
Nyeri kepala
|
Lapang pandang perifer ↓
|
Sekresi GH ↑, pemakaian glukosa ↓
|
Mengirim sinyal ke otak
|
Kelemahan
|
|||
Perubahan Citra tubuh
|
Ggn penglihatan
|
> Glukosa beredar dlm darah
|
Otak menghambat sekresi ADH
|
Intoleransi aktivitas
|
|||
|
Perubahan persepsi sensori : Penglihatan
|
Hyperglikemia
|
ADH ↓
|
|
|||
perubahan status kesehatan, perubahan peran
|
|
Sel2 β langerhans sangat aktif
|
Sekresi volume darah Meningkat ke atrium
|
|
|||
Ansietas
|
|
DM
|
Atrium dan katub jantung Membesar
|
|
|||
Krisis situasional
|
|
|
Darah menumpuk pada atrium
|
|
|||
Koping individu tidak efektif
|
|
|
Jantung mengalami kardiomegali
|
|
|||
|
|
|
Gagal Jantung
|
|
A.
PRIORITAS
MASALAH
1.
Nyeri kepala b/d penekanan
jaringan oleh tumor.
2.
Perubahan sensori perseptual
(penglihatan) b/d gangguan transmisi impuls akibat kompresi tumor pada
nervus optikus.
3.
Perubahan citra tubuh b/d perubahan
penampilan fisik.
4.
Disfungsi seksual b/d penurunan
libido, infertilitas
impotent.
5.
Koping individu inefektif b/d hilangnya kontrol
terhadap tubuh
6.
Intoleransi aktifitas b/d kelemahan, letargi
1.
Ansietas b/d ancaman terhadap
perubahan status kesehatan.
A.
RENCANA
KEPERAWATAN
NO.
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
RENCANA INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Nyeri kepala akut b/d TIK yang
meningkat karena penekanan jaringan oleh tumor, ditandai
dengan :
DS
·
Ada keluhan nyeri kepala
DO
·
Ekspresi meringis
·
TTV
|
Nyeri
berkurang/terkontrol, dengan kriteria :
· Klien
melaporkan rasa nyeri berkurang atau terkontril
· Klien
menggunakan perilaku untuk mengurangi nyeri
|
1.
Kaji karakteristik nyeri
2.
Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal seperti
ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, perubahan frekuensi
jantung/irama pernapasan.
3.
Dorong klien agar mau mengungkapkan
apa yang dirasakan.
4.
Instrusikan klien agar melaporkan nyeri dengan segera
jika nyeri muncul.
5.
Fasilitasi ruangan dan istirahat yang nyaman dan
tenang.
6.
Berikan kompres dingin pada kepala.
7.
Berikan tehnik relaksasi dan
distraksi.
8.
Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat
mentoleransi sentuhan,
9.
Kolaborasi pemberian analgetik (asetaminofen,
ponstan, dsb).
|
1.
Untuk mengetahui intensitas dari
nyeri dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2.
Merupakan indikator derajat nyeri yang tidak langsung
yang dialami. Sakit kepala mungkin bersifat akut/kronis, jadi manifestasi
fisiologis bisa muncul/tidak.
3.
Agar perawat mengetahui apa yang
dirasakan klien.
4.
Meningkatkan intervensi dini dan dapat menurunkan
beratnya serangan.
5.
Menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi
sakit kepala.
6.
Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.
7.
Pengalihan perhatian dapat mengurangi
rasa nyeri.
8.
Menghilangkan ketegangan dan meningkatkan relaksasi
otot.
9.
Pemberian obat analgetik untuk
mengurangi nyeri. Analgetik sbg penanganan pertama dari sakit kepala
secara umum.
|
2.
|
Perubahan
sensori perseptual (penglihatan) b/d gangguan
transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus, ditandai
dengan :
DS :
§ Ketajaman
penglihatan menurun
§ Lapang
pandang menyempit
DO :
§ Uji Visus
menurun
§ Kompresi
saraf optikus
|
Penglihatan
klien kembali normal dengan kriteria :
·
Penglihatan jelas
·
Uji visus dalam batas normal
·
Mampu mengorientasikkan lingkungan sekitarnya dengan
benar.
|
1.
Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau
dua mata terlibat.
2.
Observasi tanda dan gejala disorientasi.
3.
Orientasikan klien terhadap lingkungan dan orang lain
di sekitarnya.
4.
Libatkan orang lain/keluarga dalam aktivitas
sehari-hari.
5.
Anjurkan pasien menggunakan alat bantu penglihatan seperti
kacamata.
|
1.
Untuk menentukan intervensi selanjutnya. Kebutuhan
individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan
terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada
laju yg berbeda.
2.
Keterbatasan penglihatan dapat menyebabkan bingung dan
resiko cedera.
3.
Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan,
menurunkan cemas dan disorientasi.
4.
Meminimalisir resiko cedera dalam aktivitas rutin
klien.
5.
Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi serta lapang
pandang dapat menyebabkan bingung/meningkatkan resiko cedera.
|
3.
|
Perubahan citra tubuh b/d perubahan
penampilan fisik, ditandai dengan :
DS :
§ Kepala, bibir
hidung, tangan dan kaki semakin membesar.
§ Suara membesar
§ Malu dengan
kondisi
DO :
§ Kepala,
bibir, hidung, tangan dan kaki nampak besar.
§ Dagu menjorok
ke depan
§ Menarik diri
§ Hipertrofi
laring
§ Pemeriksaan
diagnostik kadar GH meningkat
|
Klien
menunjukkan perilaku yang mengindikasikan citra diri positif terhadap
perubahan penampilan fisik, dengan kriteria :
·
Mulai menunjukan adaptasi dan menyatakan penerimaan
pada situasi diri.
·
Mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep
diri yang akurat tanpa harga diri negatif.
·
Membuat rencana nyata untuk adaptasi peran baru
|
1.
Dorong klien agar mau mengungkapkan
pikiran dan perasaannya terhadap perubahan.
2.
Bantu klien mengidentifikasi
kekuatannya serta segi – segi positif yang dapat dikembangkan oleh klien.
3.
Kaji derajat dukungan yg ada untuk klien.
4.
Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya
dgn perubahan.
5.
Yakinkan klien bahwa sebagian gejala
dapat berkurang dengan pengobatan (ginekomastia, galaktorea).
6.
Rujuk ke ahli psikologik bila gangguan menetap.
|
1.
Agar perawat dapat mengetahui apa
yang dirasakan oleh klien sehubungan perubahan tubuhnya. Ekspresi
emosi membantu klien mulai menerima kenyataan dan realitas hidup.
2.
Agar klien mampu mengembangkan
dirinya kembali.
3.
Dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman dapat
membantu penerimaan terhadap diri.
4.
Membantu menggartikan masalah sehubungan dengan pola
hidup sebelumnya dan membantu pemecahan masalah.
5.
Agar klien tetap optimis dan berfikir
positif selama pengobatan.
6.
Klien dapat memerlukan bantuan lanjut untuk mengatasi
masalah emosi sehubungan dengan perubahan tubuh.
|
4.
|
Disfungsi
seksual b/d penurunan libido, infertilitas
impotent, ditandai dengan :
DS
§ Keluhan
menstruasi yang tdk teratur
§ Kesulitan
dalam penetrasi, koitus
DO
§ Ketidakteraturan
siklus menstruasi
§ Kekurangan
hormon gonadotropin
|
Masalah disfungsi
sexual teratasi, dengan kriteria :
§ Siklus
menstruasi normal dan vagina tdk kering (pd wanita).
§ Tidak ada
kesulitan dalam hubungan sexual (penetrasi, koitus)
|
1.
Identifikasi masalah spesifik yang
berhubungan dengan pengalaman pada klien terhadap fungsi seksualnya.
2.
Dorong klien agar mau mendiskusikan
masalah tersebut dengan pasangannya.
3.
Kolaborasi pemberian obat – obatan
bromokriptin.
4.
Bila masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi
pemberian gonadotropin.
5.
Rujuk ke ahli sexualitas dan psikologi.
|
1.
agar perawat dapat mengetahui masalah
seksual klien dan lebih terbuka kepada perawat.
2.
Agar klien mendapat hasil mufakat bersama
pasangannya.
3.
Merupakan obat pilihan pada klien prolaktinoma. Pada mikroadenoma, prolaktin
dapat normal kembali. Juga diberikan pada klien dangan akromegali, untuk
menguragi ukuran tumor.
4.
Gonadotropin dapat membantu memulihkan fungsi sexual.
5.
Membantu dlm mengidentifikasi cara pengobatan u/
memperbaiki dan mempertahankan fungsi sexualitasnya.
|
5.
|
Koping
individu inefektif
b/d hilangnya kontrol
terhadap tubuh, ditandai dengan
:
DS
·
Sering marah
·
Depresi
·
Gelisah/cemas
·
Sering sakit kepala
DO
·
Tidak berdaya dan nampak lemah
·
Ekspresi cemas
|
Koping individu kembali efektif, dengan kriteria :
·
Klien menyatakan kesadaran dan kemampuan koping yg
baik/kekuatan pribadi.
·
Klien mampu mengidentifikasi potensial stres dan mengambil
langkah u/ menghindari/mengubahnya.
·
Mendemonstrasikan penggunaan metode koping yg efektif.
|
1.
Kaji keefektifan strategi koping dgn mengobservasi
perilaku.
2.
Catat laporan gangguan tidur, peningkatan kelemahan,
kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,
ketidakmampuan u/ mengatasi masalah.
3.
Bantu klien u/ mengidentifikasi stresor spesifik dan
kemungkinan strategi u/ mengatasinya.
4.
Dorong klien u/ mengevaluasi prioritas/tujuan hidup.
5.
Bantu klien u/ mengidentifikasi dan mulai merencanakan
perubahan hidup yg perlu.
|
1.
Mekanisme adaptif perlu u/ mengubah pola hidup
seseorang dan mengintegrasikan terapi yg diharuskan ke dlm kehidupan sehari2.
2.
Manifestasi mekanisme koping maladaptif mungkin
merupakan indikator marah yg ditekan dan diketahui.
3.
Pengenalan terhadap stresor ad/ langkah pertama dlm
mengubah respon seseorang terhadap stresor.
4.
Fokus perhatian klien pada realitas situasi yg ada
relatif terhadap pandangan klien tentang apa yg diinginkan.
5.
Perubahan yg perlu harus diprioritaskan secara
realistik u/ menghindari rasa tdk menentu dan tdk berdaya.
|
6.
|
Intoleransi
aktifitas b/d
kelemahan, letargi, ditandai dengan :
DS :
§ Nyeri sendi
§ Sulit
bergerak
DO :
§ Mobilitas
terbatas
|
Masalah
intoleransi aktivitas teratasi dan klien mampu melakukan ADL dengan baik,
dengan kriteria :
§ Klien
bergerak dengan bebas dan tidak terbatas.
§ Tidak
terdapat nyeri saat bergerak/beraktivitas.
|
1.
Kaji toleransi klien terhadap aktivitas menggunakan
parameter frekuensi janting, pernapasan, kelemahan, pusing, dsb.
2.
Kaji presipitator/penyebab intoleransi, kelemahan.
3.
Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
4.
Bantu klien dalam aktivitas sehari-hari dan mobilisasi.
5.
Rujuk ke ahli fisioterapi sesuai kebutuhan.
|
1.
Parameter menunjukkan respon fisiologis klien terhadap
stres aktivitas.
2.
u/ mengetahui faktor pencetus/penyebab intoleransi.
Kelemahan dpt disebabkan oleh penggunaan obat seperti tranquilizer dan
sedatif. Nyeri dapat menyebabkan intoleransi.
3.
Dpt menunjukkan peningkatan kelebihan aktivitas.
4.
Mengurangi resiko kelelahan akibat nyeri saat bergerak.
5.
Program latihan membantu klien dpt beraktivitas tanpa
disertai rasa nyeri dan kelemahan.
|
7.
|
Ansietas
b/d ancaman terhadap
perubahan status, ditandai dengan
:
DS
·
Merasa gelisah
·
Kesulitan beraktivitas
DO
·
Ekspresi cemas
|
Masalah ansietas klien teratasi dengan kriteria :
§ Klien
mengungkapkan tidak ada penyebab fisik yang dapat menyebabkan cemas
|
1.
Observasi tingkah laku yg menunjukkan tingkat ansietas.
2.
Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yg berulang,
hiperventilasi, insomnia.
3.
Bina hubungan saling percaya.
4.
Libatkan keluarga
5.
Jelaskan semua prosedur.
6.
Hargai pengetahuan pasien tentang penyakitnya
7.
Bantu pasien untuk mengefektifkan sumber support.
8.
Berikan reinforcement untuk menggunakan sumber koping
yang efektif.
9.
Berikan obat antiansietas (Transquilizer, sedatif) dan
pantau efeknya.
|
1.
Ansietas ringan dapat ditunjukkan dgn peka rangsang dan
insomnia. Ansietas berat yg berkembang ke dlm keadaan panik dpt menimbulkan
perasaan terancam, teror, ketidakmampuan u/ bicara dan bergerak,
berteriak/bersumpah2.
2.
Cemas dpt meningkatkan pengeluaran penyekat
beta-adrenergik.
3.
Mempermudah intervensi.
4.
Mengurangi kecemasan.
5.
Membantu pasien dalam meningkatkan pengetahuan tentang
status kesehatan dan meningkatkan kontrol kecemasan.
6.
Merasa dihargai
7.
Dukungan akan memberikan keyakinan terhadap pernyataan
harapan untuk sembuh/masa depan.
8.
Penggunaan strategi adaptasi secara bertahap (dari
mekanisme pertahanan, koping sampai strategi penguasaan) membantu pasien
cepat mengadaptasi kecemasan.
9.
Dpt digunakan bersamaan dgn pengobatan u/ menurunkan
pengaruh sekresi hormon yg berlebihan.
|
AKPER PEMDA DONGGALA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar