ASUHAN KEPERAWATAN MERS
A. PENGERTIAN
Sindrom pernapasan Timur Tengah (bahasa Inggris: Middle East respiratory syndrome atau MERS) adalah sekumpulan gejala penyakit pernapasan yang sumber infeksinya adalah koronavirus - MERS.
Corona Virus yang berjangkit di Saudi Arabia sejak bulan Maret 2012, sebelumnya tidak pernah ditemukan didunia. Oleh karena itu berbeda karakteristik dengan virus corona SARS yang menjangkiti 32 negara didunia pada tahun 2003. Komite International Taxonomy virus lengkapnya The Corona Virus Study Group of The International Committee on Taxonomy of viruses pada tanggal 28 Mei 2013 sepakat menyebut Virus corona baru tersebut dengan nama Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV) baik dalam komunikasi publik maupun komunikasi ilmiah.
Pernyataan WHO tanggal 17 Juli 2013 pada pertemuan IHR Emergency Committee concerning MERS-CoV menyatakan bahwa MERS-CoV merupakan situasi serius dan perlu perhatian besar namun belum terjadi kejadian kedaruratan kesehatan masyarakat Internasional. (PHEIC/Public Health Emergency of International Concern).
B. ETIOLOGI
penyebab dari penyakit Mers ini adalah sebagai berikut:
MERS disebabkan oleh virus dari genus coronavirus, genus coronavirus termasuk virus visrus yang menyerang binatang. Pada manusia coronavirus biasanya menyebabkab flu, dan SARS yang menghebokan China tahun 2003 lalu. Meskipun begitu, MERS-CoV adalah virus korona yang berbeda dari SARS-Cov. Tidak adala laporan satupun mengenai MERS-CoV sebelum tahun 2012. Meskipun belum dipastikan, MERS-CoV diduga berasal dari kelalawar yang menular pada manusia dan cara penyebaran belum diketahui.
MERS-CoV menyebar dari manusia ke manusia dengan cara
terpapar langsung ingus atau kotoran lain dari pernafasan dari manusia yang
telah terinfeksi MERS-CoV.MERS sering menjangkiti orang yang merawat individu
yang mengidap Mers.
C. MANIFESTASI KLINIS
a. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan tiga keadaan di bawah ini:
• Demam (≥38°C) atau ada riwayat demam,
• Batuk,
• Pneumonia berdasarkan gejala klinis atau gambaran radiologis yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Perlu waspada pada pasien dengan gangguan system kekebalan tubuh (immuno-compromised) karena gejala dan tanda tidak jelas.
DAN
salah satu kriteria berikut :
1) Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah (negara terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum sakit kecuali ditemukan etiologi/ penyebab penyakit lain.
2) Adanya petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat pasien ISPA berat (SARI/ Severe Acute Respiratory Infection), terutama pasien yang memerlukan perawatan intensif, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
3) Adanya klaster pneumonia (gejala penyakit yang sama) dalam periode 14 hari, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
4) Adanya perburukan perjalanan klinis yang mendadak meskipun dengan pengobatan yang tepat, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi/ penyebab penyakit lain.
• Demam (≥38°C) atau ada riwayat demam,
• Batuk,
• Pneumonia berdasarkan gejala klinis atau gambaran radiologis yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Perlu waspada pada pasien dengan gangguan system kekebalan tubuh (immuno-compromised) karena gejala dan tanda tidak jelas.
DAN
salah satu kriteria berikut :
1) Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah (negara terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum sakit kecuali ditemukan etiologi/ penyebab penyakit lain.
2) Adanya petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat pasien ISPA berat (SARI/ Severe Acute Respiratory Infection), terutama pasien yang memerlukan perawatan intensif, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
3) Adanya klaster pneumonia (gejala penyakit yang sama) dalam periode 14 hari, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
4) Adanya perburukan perjalanan klinis yang mendadak meskipun dengan pengobatan yang tepat, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi/ penyebab penyakit lain.
b.Seseorang
dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ringan sampai berat yang
memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi atau kasus probable
infeksi MERS-CoV dalam waktu 14 hari sebelum sakit.
D. FAKTOR RESIKO
MERS-CoV dapat menginfeksi manusia baik pria/wanita,
sehat/sakit, tua ataupun muda, semua bisa terjangkit MERS-CoV. Siapapun yang
baru saja dari timur tengah dan mengalami gangguan pernafasan, harus dan
segeralah test MERS-CoV. Orang tua dan beberapa orang dengan gangguan kesehatan
seperti diabetes, jantung atau hati beresiko terinfeksi MERS-CoV. Namun,
penyebab utama dari MERS-CoV adalah paparan langsung dari kotoran pernafasan
dari manusia lain yang terinfeksi,
E. CARA PENULARAN
Hubungan epidemiologis langsung
Adalah apabila dalam waktu 14 hari sebelum timbul sakit :
• Melakukan kontak fisik erat, yaitu seseorang yang kontak fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung (bercakap-cakap dengan radius 1 meter) dengan kasus probable atau konfirmasi ketika kasus sedang sakit.
Termasuk kontak erat antara lain :
Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus
»»
Orang yang merawat atau menunggu kasus di ruangan
»»
Orang yang tinggal serumah dengan kasus
»»
Tamu yang berada dalam satu ruangan dengan kasus
• Bekerja bersama dalam jarak dekat atau didalam satu ruangan
• Bepergian bersama dengan segala jenis alat angkut / kendaraan
• Melakukan kontak fisik erat, yaitu seseorang yang kontak fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung (bercakap-cakap dengan radius 1 meter) dengan kasus probable atau konfirmasi ketika kasus sedang sakit.
Termasuk kontak erat antara lain :
Petugas kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus
»»
Orang yang merawat atau menunggu kasus di ruangan
»»
Orang yang tinggal serumah dengan kasus
»»
Tamu yang berada dalam satu ruangan dengan kasus
• Bekerja bersama dalam jarak dekat atau didalam satu ruangan
• Bepergian bersama dengan segala jenis alat angkut / kendaraan
Kontak erat adalah :
- Seseorang yang merawat pasien termasuk petugas kesehatan atau anggota keluarga, atau seseorang yang berkontak erat secara fisik.
- Seseorang yang tinggal ditempat yang sama (hidup bersama, mengunjungi) kasus probable atau kasus konfirmasi ketika kasus sedang sakit
Jemaah haji yang baru pulang dari Saudi Arabia dilakukan pengamatan selama 14 hari sejak tanggal kepulangan. Jamaah haji diberikan K3JH dan bila dalam kurun waktu 14 hari sejak tanggal kepulangan mengalami sakit batuk, demam, sesak napas agar datang ke petugas kesehatan dengan membawa K3JH.
- Seseorang yang merawat pasien termasuk petugas kesehatan atau anggota keluarga, atau seseorang yang berkontak erat secara fisik.
- Seseorang yang tinggal ditempat yang sama (hidup bersama, mengunjungi) kasus probable atau kasus konfirmasi ketika kasus sedang sakit
Jemaah haji yang baru pulang dari Saudi Arabia dilakukan pengamatan selama 14 hari sejak tanggal kepulangan. Jamaah haji diberikan K3JH dan bila dalam kurun waktu 14 hari sejak tanggal kepulangan mengalami sakit batuk, demam, sesak napas agar datang ke petugas kesehatan dengan membawa K3JH.
F. PENATALAKSANAAN
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang bersifat spesifik, pengobatan hanya bersifat suportif tergantung kondisi keadaan pasien. WHO tidak merekomendasikan pemberian steroid dosis tinggi. Belum ada vaksin tersedia untuk MERS-CoV.
Pengendalian Infeksi:
Transmisi penularan virus MERS-CoV belum jelas, dapat terjadi melalui :
»»Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau bersin.
»»Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
Semua protokol pengendalian dan pencegahan infeksi MERS-CoV di fasilitas kesehatan mengikuti pedoman pengendalian infeksi pada penyakit Flu burung.
Pengendalian Infeksi:
Transmisi penularan virus MERS-CoV belum jelas, dapat terjadi melalui :
»»Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batuk atau bersin.
»»Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
Semua protokol pengendalian dan pencegahan infeksi MERS-CoV di fasilitas kesehatan mengikuti pedoman pengendalian infeksi pada penyakit Flu burung.
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Spesimen yang baik untuk pemeriksaan virus MERS-CoV adalah spesimen yang berasal dari saluran nafas bawah seperti dahak, aspirat trakea dan bilasan bronkoalveolar. Spesimen saluran pernafasan atas (nasofaring dan orofaring) tetap diambil terutama bila spesimen saluran pernafasan bawah tidak memungkinkan dan pasien tidak memiliki tanda-tanda atau gejala infeksi pada saluran pernapasan bawah. Spesimen dari saluran nafas atas dan bawah sebaiknya ditempatkan terpisah karena jenis spesimen untuk saluran nafas atas dan bawah berbeda, namun dapat dikombinasikan dalam satu wadah koleksi tunggal dan diuji bersama-sama.
Virus MERS-CoV juga dapat ditemukan di dalam cairan tubuh lainnya seperti darah, urin, dan feses tetapi kegunaan sampel tersebut di dalam mendiagnosa infeksi MERS-COV belum pasti. Pemeriksaan diagnosis laboratorium kasus infeksi MERS-CoV dilakukan dengan metoda RT-PCR dan dikonfirmasi dengan teknik sekuensing.
Spesimen yang baik untuk pemeriksaan virus MERS-CoV adalah spesimen yang berasal dari saluran nafas bawah seperti dahak, aspirat trakea dan bilasan bronkoalveolar. Spesimen saluran pernafasan atas (nasofaring dan orofaring) tetap diambil terutama bila spesimen saluran pernafasan bawah tidak memungkinkan dan pasien tidak memiliki tanda-tanda atau gejala infeksi pada saluran pernapasan bawah. Spesimen dari saluran nafas atas dan bawah sebaiknya ditempatkan terpisah karena jenis spesimen untuk saluran nafas atas dan bawah berbeda, namun dapat dikombinasikan dalam satu wadah koleksi tunggal dan diuji bersama-sama.
Virus MERS-CoV juga dapat ditemukan di dalam cairan tubuh lainnya seperti darah, urin, dan feses tetapi kegunaan sampel tersebut di dalam mendiagnosa infeksi MERS-COV belum pasti. Pemeriksaan diagnosis laboratorium kasus infeksi MERS-CoV dilakukan dengan metoda RT-PCR dan dikonfirmasi dengan teknik sekuensing.
H. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
(meliputi nama, umur, alamat,
pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab).
Keluhan Utama
Demam
disertai menggigil dan rasa sakit disekujur badan penderita, batuk, gangguan pernapasan seperti pneumonia.
Riwayat Penyakit Sekarang
Demam
> 38C, batuk, sesak, kesulitan napas.
Riwayat penyakit Dahulu
-
Kontak dekat
dengan orang yang didiagnosis suspek atau probable MERS dalam 14 hari terakhir.
-
Riwayat
perjalanan ke tempat yang terkena wabah MERS dalam 14 hari terakhir.
-
Bertempat
tinggal ditempat yang terjangkau wabah MERS.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan O2 dalam udara inspirasi.
- Hipertermi berhubungan dengan perubahan pada regulasi temperatur.
- Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, muntah, hiperventilasi).
- Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder, anoreksia
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidaksembangan antara suplai dan kebutuhan O2
- Resiko penularan infeksi berhubungan dengan proses penyakit
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
- Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
·
Pastikan
kebutuhan oral atau tracheal
suctioning
· Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
·
Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
·
Minta klien
nafas dalam sebelum suction dilakukan.
·
Berikan O2 dengan
menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
·
Gunakan alat
yang steril setiap melakukan tindakan
·
Anjurkan pasien
untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
·
Monitor status
oksigen pasien
·
Ajarkan keluarga
bagaimana cara melakukan suksion
·
Hentikan suksion
dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi
O2, dan lain-lain.
Airway
Management
· Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
· Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
· Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
· Lakukan fisioterapi dada jika perlu
· Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
· Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
· Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
· Monitor respirasi dan status O2
(Terimakasih telah mengunjungi Blog saya, Megawati Anwar: STIK IJ Palu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar